myspace backgrounds images

Minggu, 31 Oktober 2010

BERBISNIS DENGAN ETIKA

ETIKA BISNIS DIPASAR TRADISIONAL

oleh MUSTAFA KAMAL ROKAN

Suatu hari saya berkeinginan membeli sepatu di pasar “emperan sepatu” yang berada di pinggir jalan raya. Saat ini, untuk membeli sepatu mudah sekali, sebab penjual sepatu yang terletak jalan utama di Medan “berjejeran” sepatu dengan segala merek dan jenisnya.


Dengan memilah dan memilih sepatu yang beragam itu, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada merek tertentu. Seperti pembeli lainnya, kalimat pertama yang terlontar dari mulut saya adalah “kalau yang ini berapa? Seketika saja penjual menyebutkan harga sepatu yang saya pilih itu,“ yang ini harganya Rp. 125.000 rupiah”, namun diiringi kalimat “tapi bisa kurang kok pak”.

Tak ayal lagi, sayapun berfikir keras untuk menebak dan menawar dengan harga yang pas sekaligus wajar. Harga yang pas dan wajar adalah harga yang jangan “kena tipu sekali” sehingga rugi, dan juga “tidak kerendahan sekali” sehingga menjadi malu.

Saya pun bingung, sebab tak terbiasa berbelanja di tempat itu. Akhirnya, saya mengajak penjual sepatu itu untuk menyebutkan berapa harga pokok sepatu itu, dan berapa ia mengambil untung. Dengan serta merta, si penjual mengatakan “wah mana bisa, sekarang sulit orang percaya dengan sistem seperti itu”.

Penulis coba meyakinkan si penjual, “bilang saja berapa harga sebenarnya dan mengambil untung berapa, pasti saya bayar, yang penting jujur”. Karena si penjual berpakaian jilbab, saya sampaikan “begitulah Rasulullah berdagang dahulu.” Akhirnya, dengan setengah berbisik (karena takut terdengar pemilik toko dan pembeli lainnya) si penjual pun menyebutkan angka tertentu dan saya pun membayar sepatu itu.

Kondisi “tawar menawar” seperti ini adalah hal yang hampir umum terjadi di pasar terutama pada pasar tradisional. Kondisi seperti ini jelas tak mengenakkan, baik bagi si penjual dan juga si pembeli. Mengapa? Bagi si penjual, ia akan berusaha mengelabui si pembeli dan tak jarang harus membumbui kata pemanis yang penuh kebohongan dalam rangka meyakinkan si pembeli.

Sering kali harga satu jenis barang dinaikkan dengan berkali lipat, sehingga sulit menebak berapa harga aslinya. Sedangkan bagi si pembeli selalu merasa tidak nyaman, jika ia tidak mengetahui harga pasar sebuah barang maka ia akan menawar dan membeli barang dengan sangat mahal, tak jarang hingga tiga atau empat kali lipat dari harga pokok. Intinya harus pandai-pandai menawar yang diselingi dengan saling curiga.

Fenomena ini juga menimbulkan berbagai intrik baik dari si penjual maupun pembeli. Bagi si penjual, bahasa yang digunakan selalu meyakinkan yang kadang dibumbui

dengan kebohongan, misalnya “harga pokokpun belum kembali”, “wah, itu jauh dari harga” dan seterusnya, yang kesemuanya dalam rangka meyakinkan si pembeli. Sedangkan bagi si pembeli, bahasa yang muncul terkadang merayu atau juga memaksa “ngemop” dan tak jarang dengan “pura-pura pergi”, jika si penjual memanggilnya lagi maka berarti harga masih bisa ditawar, jika tidak, berarti memang benar harga barang tersebut demikian, sehingga tidak dapat ditawar lagi.

sumber :http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=71337:etika-bisnis-di-pasar-tradisional&catid=33:artikel-jumat&Itemid=98

MELANGGAR ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS

(contoh kasus :Axis Bantah Langgar Etika Bisnis BlackBerry )

Natrindo Telepon Seluler membantah semua tudingan yang dialamatkan kepadanya tentang pelanggaran etika bisnis dalam hal menyediakan smartphone BlackBerry Axis dalam kondisi unlocked.

"Kebijaksanaan yang diambil Axis sama sekali tidak melanggar ketentuan dan etika bisnis," sergah Head of Corporate Communication Axis, Anita Avianty, kepada detikINET, Kamis (2/7/2009).

Menurutnya, Research In Motion (RIM) selaku produsen prinsipal dari ponsel cerdas tersebut memberikan keleluasaan kepada carrier atau mitra operatornya untuk memilih kondisi smartphone BlackBerry yang mereka inginkan. Baik itu terkunci secara ekslusif untuk layanan satu operator saja (locked) maupun terbuka untuk semua (unlocked).

"Jadi, keputusan untuk locked atau unlocked smartphone BlackBerry lebih didasarkan pada pertimbangan bisnis masing-masing carrier," jelas Anita lebih lanjut.

Sebelumnya, Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) sempat mengkritisi kebijakan yang diambil RIM kepada Axis mengenai penyediaan BlackBerry unlock.

Menurut Direktur Kebijakan dan Perlindungan Konsumen LPPMI Kamilov Sagala, kebijakan tersebut melanggar etika bisnis jika tidak equal treatment untuk semua mitra operator. Axis pun keberatan karena pihaknya termasuk yang disebutkan melanggar etika bisnis tersebut.

"Sebagai salah satu operator 3G dan GSM yang beroperasi di Indonesia, Axis selalu menjunjung tinggi etika bisnis serta memenuhi ketentuan yang diatur di dalam peraturan dan undang-undang yang berlaku di Indonesia," tandas juru bicara operator yang hampir seluruh sahamnya dikuasai asing ini.

sumber : http://www.detikinet.com/read/2009/07/02/115753/1157770/328/axis-bantah-langgar-etika-bisnis-blackberry

Minggu, 17 Oktober 2010

ETIKA BISNIS

Nama : Dian Sari Rizki Prassisca
Kelas : 4EA03
NPM : 10207323



APA ITU ETIKA BISNIS ??

Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara itu Etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama.

Etika merupakan filsafat / pemikiran kritis dan rasional mengenal nilai dan norma moral yg menentukan dan terwujud dalam sikap dan pada perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.(sebuah ilmu : pengejawantahan secara kritis ajaran moral yang dipakai).

Minggu, 03 Oktober 2010

Riset Pemasaran


NAMA : Dian Sari Rizki Prassisca
KELAS : 4EA03
NPM : 10207323



Tugas Riset Pemasaran (Review Jurnal)


1. Tema/Topik : Pengaruh Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk

2. Judul, Pengarang, & Tahun

1. Judul : Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Diferensiasi
Produk Sim Card XL Di Wilayah Kartasura

Nama : Ristanto, Sugeng

Tahun : 2010

2. Judul : Persepsi Konsumen Terhadap Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM) Pada Barang Elektronika di Kota Malang

Nama : Adriani dalam Brotodihardjo

Tahun : 1985

2. Judul : Persepsi Konsumen Terhadap Selebrity Endoser Dalam Mengiklankan
Produk Kecantikan

Nama : Rinaldi Bursan, S.E., M.Si

Tahun : 2009


3. Latar Belakang & Masalah

Perkembangan usaha dewasa ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Melihat kondisi tersebut menyebabkan pebisnis semakin dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat dalam memenuhi target volume penjualan. Perubahan ini menyebabkan perusahaan saling bersaing untuk menerapkan berbagai macam produk atau jasa agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dan optimal. Hal ini dapat berjalan apabila para manajer produksi dan operasi pada perusahaan itu mengoptimalkan produk yang ingin dipasarkan dengan lebih baik. Dikarenakan yang semakin menggila akan produk yang dihasilkan. Dan untuk meningkatkan mutu/kualitas produk, perusahaan harus melakukan pengembangan sistem secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin bertambah. Dan untuk melakukan pengembangan sistem ini, perusahaan untuk membuat perancanaan dan rancangan yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem produk tersebut supaya dapat menghasilkan keuntungan yang positif bagi perusahaan, karena kemajuan dan perkembangan ditentukan oleh proses perencanaan, pengaturan, pengkontrolan dan pengkoordinasian kegiatan-kegiatan kerja dan penggunaan sumber daya agar tercapainya suatu hasil yang diinginkan.
Oriflame adalah perusahaan kosmetik alami yang didirikan sejak tahun 1967 di Negara Swedia. Namun berawal di Indonesia tahun 1986. Tujuan oriflamme bagi konsumen adalah membantu orang lain untuk tampil luar biasa, menghasilkan uang,raihlah kesuksesan bersama oriflame. “ Make Money Today and Fulfil Your Dreams Tomorrow “.
Produk yang kami tawarkan adalah berbagai macam produk kosmetik alami, Adapun keunggulan yang dimiliki oleh oriflamme adalah :
1. Menunjukkan katalog dan mengambil order dan hasilkan 30% keuntungan langsung .
2. Ajak orang lain bergabung dan hasilkan hingga 21% atas penjualan pribadi anda dan penjualan Consultant dalam grup anda. Kembangkan para Director anda dan anda akan mencapai titel director yang lebih tinggi. Anda juga akan menhasilkan uang jauh lebih banyak .
3. Program business class adalah promosi bulanan yang berkelanjutan bagi semua consultant. Dengan memenuhi kualifikasinya,anda mendapatkan iskon hingga 50% atas satu produk dibulan berikutnya. Di beberapa bulan, keuntungan khusus business class yang beragam akan ditambahkan pada program tersebut. Untuk memenuhi kualifikasinya, anda harus melakukan order pribadi 150 bp dalam satu bulan.
Berdasarkan semakin tingginya kebutuhan konsumen masyarakat terhadap alat perawatan pada tubuh manusia agar kebersihan selalu terjaga dan meningkatnya persaingan untuk merebut konsumen maka penulis tertarik untuk meneliti “ Pengaruh Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk priflame ".
Berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, Apakah persepsi dan perilaku konsumen berpengaruh terhadap keputusan memilih pada produk oriflamme ?


4. Metodelogi

a. Data atau Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan melibatkan 50 responden terpilih untuk mengetahui seberapa besar pengaruh persepsi dan perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian pada produk oriflame.

b. Model
Gambar dan Produk

c. Tahapan


5. Hasil & Kesimpulan
Hasil & Kesimpulan Jurnal 1 : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap diferensiasi pada produk Sim card XL dengan beberapa kriteria yang disesuaikan dengan variabel-variabel penelitian, yaitu, Konten (what to offer), konteks (how to offer), dan infrastruktur (anabler).Penelitian ini tergolong tipe test marketing studies karena bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi konsumen SIM Card mengenai diferensiasi yang diterapkan oleh produk SIM Card XL. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen atau masyarakat yang yang pernah membeli atau sedang membeli SIM Card XL di wilayah Kartasura.
Dengan menggunakan tekhnik non probability sampling.

Hasil & Kesimpulan Jurnal 2 : Dibandingkan dengan dua pajak tersebut, PPN memiliki basis yang lebih luas karena tidak hanya meliputi produsen pabrikan, tetapi juga mencakup distributor, agen besar dan penjual eceran. Ketika ketentuan PPN diterapkan pada tahun 1985, maka penerimaan PPN langsung meningkat tajam. Tingginya penerimaan PPN disebabkan oleh dua faktor, yaitu adanya basis pajak yang lebih luas dan tambahan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang tarifnya 10% diatas tarif PPN. Selain hal tersebut diatas perilaku konsumen juga mengalami pergeseran yang sangat signifikan baik secara individu maupun lingkungan ataupun keterkaitan antara keduanya.


Hasil & Kesimpulan Jurnal 3 : Hampir semua produk kosmetika di Indonesia dipasarkan melalui promosi above the line berupa iklan baik di media cetak maupun media elektronik, ataupun melalui below the line dengan menjadi sponsor di
acara wanita, lomba kecantikan dan aktifitas wanita lainnya. Promosi ini dimaksudkan
untuk menjerat kesadaran konsumen agar merek yang dipromosikan dikenal oleh mereka. Berdasarkan hasil uji F dapat disimpulkan bahwa produk, distribusi, promosi dan harga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil uji t menunjukkan bahwa produk, distribusi, promosi dan harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Hasil & Kesimpulan peneliti : Secara keseluruhan harga, produk, promosi dan distribusi berpengaruh terhadap keputusan pembeian.


6. Saran
Agar penjualan produk terus meningkat, perusahaan perlu memperbaiki cara kerja karyawan dan meningkatkan kapasitas produksi, diversivikasi produk dan kualitas produk agar konsumen tidak berpindah kepada perusahaan lain.