myspace backgrounds images

Senin, 01 Maret 2010

Tulisan Perilaku konsumen

Subsidi Energi Meningkat
Harga Minyak Mentah Naik, Harga BBM Tetap

Pemerintah menyiapkan skenario defisit yang lebih besar, yakni 2,2 persen dari produk domestik bruto, pada APBN Perubahan 2010. Skenario ini guna mengantisipasi naiknya subsidi energi terkait dengan meningkatnya harga minyak mentah dan tarif dasar listrik yang tidak naik.

Dengan skenario defisit 2,2 persen dari produk domestik bruto (PDB), belanja subsidi untuk energi menjadi Rp 150 triliun. Jumlah itu meningkat Rp 43,5 triliun dari skenario defisit 2,1 persen dari PDB.

”Karena TDL (tarif dasar listrik) tidak naik, ya, subsidi menjadi naik. Subsidi juga naik karena harga minyak mentah naik, tetapi harga BBM (bahan bakar minyak) tidak kami naikkan. Perhitungannya sangat sederhana,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, pekan lalu.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah mengusulkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010 kepada DPR dengan besaran defisit 2,1 persen dari PDB.

Dengan defisit sebesar itu, pagu subsidi BBM meningkat Rp 20 triliun dan subsidi listrik melonjak Rp 16,7 triliun dibandingkan dengan APBN 2010.

Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Anggito Abimanyu, skenario defisit 2,2 persen dari PDB tersebut terutama karena didorong kenaikan subsidi BBM sebesar Rp 28,1 triliun.

Pagu awal subsidi BBM dalam APBN 2010 sebesar Rp 68,7 triliun, tetapi dalam APBN-P 2010 ditetapkan menjadi Rp 96,8 triliun.

Selain itu, subsidi listrik juga meningkat Rp 15,4 triliun. Target awal APBN 2010 subsidi listrik hanya Rp 37,8 triliun, tetapi dalam APBN-P 2010 menjadi Rp 53,2 triliun.

Subsidi listrik dan BBM dalam APBN kerap dikategorikan sebagai subsidi energi.

Belanja melonjak

Selain anggaran subsidi energi yang melonjak, anggaran belanja kementerian dan lembaga nondepartemen juga melonjak, yakni dari Rp 385,1 triliun pada APBN 2010 menjadi Rp 453 triliun dalam perkiraan APBN-P 2010 atau naik 17,63 persen.

Dengan dasar itu, total anggaran belanja pemerintah pusat naik, yakni dari pagu awal dalam APBN 2010 sebesar Rp 725,2 triliun menjadi Rp 793,2 triliun dalam rancangan APBN-P 2010 atau meningkat 9,335 persen.

Kenaikan belanja pemerintah pusat itu yang menyebabkan anggaran belanja negara membengkak, yakni dari Rp 1.047,7 triliun menjadi Rp 1.122,3 triliun.

Lonjakan anggaran belanja negara tersebut tidak bisa ditutup seluruhnya oleh dana pendapatan dan hibah. Pendapatan dan hibah dialokasikan naik, dari Rp 949,6 triliun menjadi Rp 993,6 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan belanja negara yang mencapai Rp 1.122,3 triliun.

Dengan demikian, defisit anggaran pun melonjak menjadi 2,2 persen dari PDB atau sebesar Rp 128,7 triliun.

Anggaran belanja subsidi memang berubah mengikuti asumsi harga jual minyak mentah Indonesia (ICP), yaitu akan dinaikkan dari pagu awal 65 dollar AS per barrel menjadi 77 dollar AS per barrel.

Kenaikan ICP mendorong kenaikan penerimaan negara dari hasil menjual minyak mentah. Ini karena target produksi minyak siap jual (lifting) dinaikkan dari 960.000 barrel per hari dalam APBN-P 2009 menjadi 965.000 barrel per hari dalam rancangan APBN-P 2010.

Anggaran pendidikan

Seiring dengan meningkatnya anggaran belanja negara, kata Anggito, anggaran untuk pendidikan pun meningkat. Hal ini terkait dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menetapkan anggaran pendidikan 20 persen dari anggaran belanja negara.

”Anggaran pendidikan lebih tinggi karena volume APBN lebih tinggi. Ini otomatis. Namun, setahu saya, tergantung dari kebutuhan dan pasti naik,” lanjutnya.

Adapun pagu anggaran lain, seperti kesehatan dan infrastruktur, disesuaikan dengan kebutuhan.

Dengan kenaikan anggaran belanja negara, anggaran belanja pendidikan diperkirakan naik dari Rp 209,54 triliun menjadi Rp 224,46 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar